Anda Pengunjung Ke :
Senin, 28 Desember 2015
Intermezzo di Hari Sabtu
Bermain Waktu (Part 2)
Bermain Waktu (Part 1)
Minggu, 20 Desember 2015
Kebaikan
Rabu, 02 Desember 2015
Cuanki
Kemarin adalah hari yg sangat melelahkan. Mungkin hanya untukku karena malam sebelumnya aku tidak tidur untuk menyelesaikan tugas besar dan hari sebelumnya badanku sudah cukup remuk karena harus melakukan perjalanan keluar kota seharian.
Pukul 5 sore adalah waktu yg kutunggu, setidaknya untuk menyandarkan kepalaku sejenak. Langit gelap seperti biasa. Angin bertiup membawa suasana yang sangat nyaman untuk tidur.
"Dingin - dingin gini enaknya makan bakso Cuanki" kata salah satu temanku, mengajak untuk makan bakso Cuanki di depan kampus. Tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja. Lumayan sebagai penghangat untuk hari itu.
Jadilah Aku, Kiki, Nindy, dan Atika memutuskan untuk makan Cuanki sore itu. Begitu sampai di gerbang depan kampus, langit gelap tadi mulai merintikkan hujan. semua orang bersiap mengeluarkan payung mereka. Tanganku yg sejak pagi menenteng kardus perkakas tugas besar membuatku cukup rempong untuk mengeluarkan raincoat tas dan payung dari dalam tas. Rempong seperti biasanya.
Hujan ternyata tidak mengurungkan niat teman-temanku untuk makan bakso Cuanki. Setelah beres denagn raincoat dan payung, kami nenuju tempat bakso Cuanki itu.
sambil menunggu A'a nya nyiapin pesanan kita, kita duduk dibawah pohon besar dekat Salman. Hujan semakin deras dan tempat itu mulai terasa tidak nyaman karena basah. Tapi kurasa tidak masalah saat itu.
Pesanan kami sudah siap. Kami tidak beranjak dari tempat kami duduk tadi. Dengan beralaskan pastik, memegang payung, ditemani hujan dan udara dingin sore itu, kami menyantap bakso Cuanki tanpa peduli apapun.
Pemandangan yg cukup unik kukira. Duduk emperan makan bakso sambil payungan. Orang-orang yg berlarian menghendari hujan mungkin keheranan melihat kita lebih memilih untuk hujan-hujanan. Diliatin orang-orang yang melintas masuk dan keluar Salman yg mungkin beberapa adalah teman kami.
Kami hanya tertawa dan sesekali menunduk untuk menutupi wajah kami. Lelahku hari itu rasanya benar-benar hilang. Kombinasi tawa hangat sahabat-sahabatku dan udara dingin saat itu membuat bakso Cuanki yang kumakan terasa nikmat sekali.
Salah satu dari kami, baru saja terkena musibah yabg membuatnya sangat bersedih. Aku senang melihatnya ikut tertawa lepas saat itu. Tentu bukan karena ia tak bersedih lagi, tapi setidaknya ia lupa kalau ia sedang bersedih.
Hujan-hujanan makan bakso Cuanki bareng sahabat. Lagi lagi, bahagia sesederhana itu.
:)
Minggu, 22 November 2015
Kucing GKU Barat
Kamu bisa menemukan banyak kucing di ITB. Tidak hanya di kantin, kucing-kucing di ITB pun sering berkeliaran ke ruang kelas. Beberapa teman yang takut kucing sangat merasa tertanggu dengan hal tersebut dan beberapa lainnya yang menyukai kucing bisa dengan mudahnya terdistraksi di tengah pelajaran. Rasanya kucing sudah menjadi bagian hari-hari di kampus Ganeca.
Masih sering kutemui mahasiswa-mahasiswi yang berlaku kasar pada kucing-kucing di kampus. Ada yang menendangnya, mengusirnya, menyiramnya, mempermainkannya, dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya. Memang terkadang keberadaan kucing-kucing tadi sangat mengganggu, terutama di kantin. Gak jarang kantin jadi heboh gara-gara kucing yng mengganggu pengunjung kantin.
Pagi itu aku kuliah pagi di Gedung Kuliah Umum Barat. Aku datang terlalu pagi dan memutuskan untuk membeli beberapa gorengan di sekitar GKUB. Dari balik pintu tempat aku membeli gorengan, aku melihat seorang bapak petugas kebersihan GKUB berjalan pelan menuju salah satu sudut GKUB sambil membawa sepiring penuh berisi makanan. "Mungkin bapak itu belum sarapan", pikirku saat itu.
Begitu sampai di salah satu sudut tersebut, bapak itu mengeluarkan suara "ckckckckckckckckckckc" dan aku melihat kucing-kucing berlarian ke arahnya. Bapak itu meletakkan piring penuh itu ke lantai dan kucing-kucing semakin banyak yang datang kearahnya. Kucing-kucing itu makan dengan lahapnya dan kulihat sesekali bapak itu mengelus kucing-kucing yang kelaparan itu. Setalah memastikan kucing-kucing penghuni GKUB makan, bapak itu kembali ke ruangannya.
Aku melihat sebuah contoh dari menyayangi semua makhluk Tuhan. Rasanya kita sering melupakan hal yang satu ini, bahwa tumbuhan dan hewan pun sebenarnya juga makhluk Tuhan yang harus kita perhatikan. Yang menarik perhatianku saat itu adalah, disaat orang-orang lain sibuk mengeluhkan kucing-kucing kelaparan yang mengganggu makan mereka, bapak itu memastikan kucing-kucing kelaparan tadi makan dengan lahap.
Selasa, 17 November 2015
They Have Power
"Too often we underestimate the power of a touch, a smile, a kind word, a listening ear, an honest compliment, or the smallest act of caring, all of which have the potential to turn a life around" -Leo BuscagliaBermuka masam, sarkas, menghina, mengejek, menyela....
Sadarkah kadang kita begitu jahat pada orang-orang terdekat kita, pada orang-orang di sekitar kita?
Walaupun niatnya hanya bercanda, tahukah kita kadang kita menyakiti mereka?
Disenyumin, dipuji, didengarkan, diperhatikan...
Betapa sederhananya kebahagiaan seseorang. Betapa mudahnya kita berbuat kebaikan.
Tapi, kenapa kita sering melupakan hal-hal kecil seperti itu?
Sadarkah kita, hal-hal kecil yang kita lakukan bisa mengubah hidup mereka?
Hidupku adalah contohnya.
Jumat, 13 November 2015
Ia akan Kembali
Dia
Jumat, 16 Oktober 2015
Let Me Try
At some point you will realize that you have done too much for someone or something, that the only next possible step to do is to stop. Leave them alone. Walk away. It's not like you're giving up, and it's not like you shouldn't try. It is just that you have to draw the line of determination from desperation. What is truly yours would eventually be yours, and what is not, no matter how hard you try, will never be.
Senin, 17 Agustus 2015
Mentor OSKM ITB 2015
"Langit malam ini menjadi saksi lahirnya teladan-teladan baru, yang bersinar"
Hati ini bergetar mendengarnya. Menyadari bahwa tanggung jawabku ternyata cukup berat.
Aku haruslah yang selalu terlihat bahagia di depan mereka, Aku haruslah menjadi seseorang yang bisa menjawab semua rasa keingintahuan mereka. Aku haruslah memastikan mereka selalu dalam keadaan yang paling baik.
Yang membuatku takut adalah aku harus menjaga mimpi-mimpi indah mereka. Aku tau sedikit kesalahanku dalam berkata akan menghancurkan mimpi-mimpi mereka, merubah pandangan mereka, dan menyebabkan mereka berada dalam jalan yang salah.
Yang membuatku bergetar adalah ketika aku menyadari bahwa tanggung jawab terbesarku adalah menjadi teladan bagi mereka. Sanggupkah?
Saya, Pebriani Artha, mentor OSKM ITB 2015, Lascaya Andamarsa
Jumat, 24 Juli 2015
Komentar?
"Mereka yang apatis barangkali (awalnya) adalah penyimak berbagai macam pemikiran yang terlontar. Bukan karena pemikirannya, tapi jengah melihat cara penyampaiannya yang sama sekali tidak matang."
Ada orang yang merasa harus menyampaikan pendapatnya
Ada orang yang sekadar ingin unjuk pengetahuan analisisnya
Ada orang yang sependapat, ikut berkoar dalam komentar
Ada orang terprovokasi, mati-matian berargumen
Ricuh.
Tapi jangan lupa bahwa ada orang yang menjadi berubah pahamnya
Kehilangan intuisi atas esensi berpendapat
Menjadi apatis
Enggan mengemukakan pikiran ataupun berkomentar
Karena mereka berpikir:
Berpendapat tidak lagi penting
Semenjak semua orang sudah "pintar"
Sudah tahu apa yang menurutnya benar
Buat apa minyak memaksa air melebur bersamanya?
Minyak akan bercampur dengan minyak
Air akan menyatu dengan air
Toh kita sudah tahu bahwa minyak dan air tak pernah menyatu
Sial, semua yang tertulis di sini pun adalah pendapat!
Selamat kawan, kita berada di generasi bebas berpendapat!
Jangan merusak pandangan saling melontar pikiran yang identik dengan citra pencerdasan menjadi balas kicau yang memekakkan telinga dan batin pembacanya :)
Berpendapat, berargumen, dan berkomentarlah dengan cerdas dan elegan :)
dikutip sepenuhnya dari postingan Line seseorang bernama Bertha Fania Maula
Kamis, 25 Juni 2015
Memaafkan
"Memaafkan adalah makanan terbaik bagi rasa benci dan rasa cinta–yaitu agar si benci tenang, agar si cinta menang.
memaafkan serupa dengan menyiramkan air. Tanah yang kering menjadi lunak. Tanah yang subur menumbuhkan benihnya."
kemudian, maafkanlah saja.
Rabu, 24 Juni 2015
Menutup dan Menunduk
Rasanya sulit sekali berbicara dengan orang lain tanpa melihat wajahnya..
Rasanya aneh sekali menggunakan masker sepanjang hari untuk menutupi bagian bawah matamu yang bengkak..
Rasanya aneh tidak ada satupun yang menyapamu karena kamu menundukkn wajahmu selama berjalan..
Tapi..
Rasanya menyenangkan kamu bisa diam-diam memperhatikan gerak gerik orang lain tanpa takut mereka melihat kearahmu dan mengenalimu..
Selalu ada hikmah dibalik musibah, aku harus menggunakan masker karena wajahku bengkak dan mataku merah tanpa alasan jelas.
Jadi begini rasanya menyembunyikan wajah dan menundukkan pandangan. Menenangkan.
Sore hari menjelang buka puasa di Mesjid Salman.. Sendirian.
Selasa, 23 Juni 2015
Penting
Dia yang menghubungimu karena ada waktu luang, dan dia yang sengaja meluangkan waktunya untuk menghubungimu.
Yang Terbaik
Kamis, 11 Juni 2015
Banyak Hal...
Terlalu banyak hal di dunia ini yang membutuhkan penjelasan sehingga kita lupa makna dari menjadi tidak tahu. Terlalu banyak omong kosong dan kata-kata yang lahir dari perdebatan perihal makna, tetapi terlalu sedikit yang benar-benar memahami bahwa hal-hal yang coba dijelaskan itu tak lebih berguna daripada diam dan menerima.
-Eminusdoleo
Diambil dari status Facebook teman, Febi Agil Ifdillah
Kamis, 04 Juni 2015
Mother
"She who can take the place of all others, but whose place no one else can take"
Tiba-tiba saja saya sangat merindukan mama. Sosok yang hanya dengan melihatnya saja sudah sangat melegakan, hanya dengan melihatnya saja tubuh ini seperti dikuatkan. Sosok yang kujadikan teladanku dalam semua hal. Ciptaan Tuhan paling sempurna yang pernah saya temukan.
tiba-tiba terpikir.....
Ketika saya menjadi seorang ibu nantinya, mampukah saya menjadi sosok mengagumkan itu?
Bandung tengah malam, demam menyerang
Selasa, 26 Mei 2015
Senin, 25 Mei 2015
Bila Tidak Ada Pertemuan
Bila pertemuan kita mengandung rahasia. Maka, rahasia seperti apakah kiranya yang Dia sembunyikan?
Karena darimu aku belajar tentang Tuhan. Darimu pula aku belajar tentang kehidupan. Kau mematahkan keraguan-keraguanku tentang keadilian-Nya. Kau memaksaku dengan buku-buku. Aku membencinya tapi aku tidak pernah bisa menolakmu. Karena aku selalu ingin mematahkan pendapatmu.
Tapi, setiap kali bertemu aku hanya diam saja mendengarkanmu. Lalu, aku mengiyakannya. Kau membuatmu mengenal sesuatu yang asing sebelumnya.
Menarik sekali kiranya bila aku tahu. Apakah gerangan yang hendak Tuhan sampaikan. Apabila dia mengirimmu hanya untuk membuatku jatuh cinta, aku rasa aku tidak memerlukan semua ini. Bila Tuhan hanya mengirimu untuk duniaku, aku tidak membutuhkannya. Aku hanya bertanya-tanya, kiranya apa yang akan terjadi bila hingga hari ini kita tidak pernah bertemu. Bila kita tidak pernah berpapasan dan tidak pernah ada sapa. Dan kita tidak pernah saling mengenal.
Apakah kiranya Tuhan akan tetap mempertemukan kita?
oleh kurniawangunadi
Kemenangan
"Mengapa lelah? Sementara Allah selalu menyemangati dengan Hayya 'alal Falah. Bahwa kemenangan hanya berkisar antara kening dan sajadah"
Jumat, 08 Mei 2015
Sampah yang Dipungut Kembali
Minggu, 19 April 2015
Live Your Life
"Hidup jangan sekedar mengalir, tetapi mengalirlah deras seperti arus. Hidup jangan sekedar tenggelam, tetapi menyelamlah, maka kamu akan melihat indahnya samudra dan dasar laut" -Kang Ahmad Sofwan EL '10Quote penutup mentoring hari ini. Sederhana, tetapi mengena. Tentang sebuah pesan agar manusia hidup tak hanya sekedar hidup. Hidup haruslah punya tujuan, hiduplah dengan gambaran jelas dirimu akan menjadi apa kemudian. Sangat membuka mata saya yang sepertinya menjalani hari-hari tanpa tau untuk apa hal-hal yang saya kerjakan setiap harinya. Saya mulai melukis hidup saya lagi. Kali ini dengan garis-garis tegas dan warna-warna nyata.
Kamis, 12 Februari 2015
Diam-Diam Peduli
Seperti seorang ayah yang sejak dahulu lebih banyak diam, jarang menanyakan kabar tapi sibuk kesana kemari mencarikanmu kehidupan. Seperti seorang pecinta yang begitu bersemangat mendoakan kekasihnya agar memiliki hari hari yang baik untuk esoknya.
Atau seperti anak-anak yang malu-malu enggan meminta ketika ia menyukai sesuatu, kemudian sang Bunda memberikan padanya sesuatu yang menyenangkan hatinya.Aku kepadamu bukanlah seorang pecinta kepada kekasih. Bukan pula seorang ayah kepada anaknya. Aku adalah seorang perempuan yang sengaja benar oleh Tuhan dipertemukan denganmu di planet ini.Lalu pada hari-hari berikutnya tidak pernah alfa aku berdoa untuk keselamatanmu. Manusia pada umumnya bilang itu cinta, aku tidak bilang begitu. Bagiku ini seperti sebuah kesempatan dalam hidup untuk merasakan bagaimana tulusnya berdoa untuk orang lain. Padahal orang lain tersebut bukanlah siapa-siapa, setidaknya untuk saaat ini.Sebab seringkali kita begitu berat mendoakan orang lain yang lebih dalam kesusahan, mungkin dekat kematian atau dalam perang. Atau mendoakan orang yang paling kita kenal sepanjang hidup pun , ayah dan ibu, tidak pernah seperti ini.Jika kita dipertemukan dalam keadaan seperti ini, sama sama sendiri dan sama sama tahu bahwa kita tidak bisa menjalani kebersamaan tanpa kerestuan dari Tuhan. Pastilah kita menerka-nerka kiranya apa yang sedang Tuhan rencanakan.Aku mendoakan keselamatanmu hingga lupa mendoakan keselamatanku sendiri. Aku memastikan kamu aman ketika menyebrang jalan, atau sekedar memastikan, ah kamu hari ini sehat wal afiat.Ini persis seperti anak perempuan yang jatuh cinta pada boneka beruang di toko mainan, memperhatikan dan menginginkan, sekedar ingin. Tapi dinding kaca menjadi batas antara memiliki dan tidak memiliki. Seandainya dipecahkan tentu saja dimarahi satpam. Sedang ia belum memiliki kecukupan untuk membelinya.Aku kepadamu adalah seseorang dengan orang lain yang bukan siapa-siapa. Jika aku peduli kepadamu, itu semata karena aku tidak tahu tentang bagaimana cara mengatasi perasaan. Setidaknya aku mampu menahannya dengan cukup mendoakan. Aku menahannya untuk tidak lebih dari itu.