Anda Pengunjung Ke :

Senin, 28 Desember 2015

Bermain Waktu (Part 2)

Selasa, 22 Desember 2015

Sudah hampir pukul 16 dan aku masih belum tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Aku sudah panik luar biasa dan memikirkan kemungkinan terburuk hari itu. Aku mencari penerbangan lain ke Banjarmasin dan entah sial atau bagaimana hari itu sudah tidak ada lagi flight langsung ke Banjarmasin. Yang tersisa tinggal flight transit yang transitnya gak cuman sekali dan harganya sudah 2 jutaan.

Aku menelpon mama dan mama hanya tertawa dan memintaku untuk tidak panik, terus berdoa semoga sempat. Aku benar-benar hanya berdoa sepanjang jalan semoga masih sempat.

Pukul 16.45 travelku tiba didepan terminal keberangkatan A1, aku langsung berlari masuk dan menuju meja check in. Berharap pesawatku delay seperti biasanya. Ternyata tidak. Petugas dimeja check in mengatakan pesawatku delay 5 menit. Aku berusaha nego dengan petugas dan menjadi pusat perhatian seisi terminal keberngkatan saat itu. Aku menyerah dan memutuskan untuk pergi dari meja check in itu sambil mendengar pengumuman bahwa pesawatku baru saja berangkat. Aku menunduk menahan malu dari tatapan orang-orang saat itu. Aku berusaha tenang dan menuju kearah pintu keluar.

Aku memutuskan untuk duduk dulu di foodcourt terdekat, berusaha mencari penerbangan lainnya, berharap ada penerbangan langsung ke Banjarmasin tersisa untuk hari itu. Ternyata memang tidak ada, Sudah berkali-kali refresh masih tidak ada. Penerbangan berikutnya ada esok harinya. Sebelum hal-hal aneh mungkin terjadi, aku memutuskan untuk booking tiket esok hari dulu. Entah bagaimana wajahku saat itu, panik, lelah, sedih, dan tentu saja penuh penyesalan. Sittuasi saat itu diperburuk dengan hapeku yang gagal melakukan booking tiket disalah satu situs pemesanan tiket pesawat online.

Aku menelpon mama dan teringat aku belum mengucapkan selamat hari ibu. Setalah mendapat ceramah dan nasihat cukup panjang, "Mam, selamat hari ibu.." tutupku di telepon.

Gatau kenapa tiba-tiba mataku berair hari itu. Aku kesal, sedih, takut, dan marah di waku yang bersamaan. Aku yang rempong, caleuy, dan tidak bisa menyelesaikan apapun dengan baik. Aku masih berusaha berdamai dengan diriku saat itu.

Setelah kurasa cukup mengutuki diri seniri, aku menghubungi temanku untuk memesankanku tiket karena entah karena jaringan  jelek atau apa aku masih tidak bisa melakukan booking tiket online. Aku memintanya membookingkanku beberapa penerbangan sekaligus, yang penting booking dulu ntar tinggal pilih bayar yang mana.

Aku juga baru terpikir kalau pesawatku esok harinya, berarti aku harus menginap di Bandara. aku mencari beberapa informasi tentang aman atau tidaknya bermalam di Bandara. Beberapa sumber mengatakan aman asalkan tidak tertidur dan tidak sendirian. Aku mulai takut karena aku tidak bersama siapapun dan aku sangat mengantuk saat itu. Mama menyerahkan sepenuhnya padaku baiknya bagaiimana, yang penting berdoa.

Beberapa teman yang masih peduli denganku  menanyakan bagaimana keadaanku saat itu, apakah aku ditinggal pesawat atau tidak. Aku beruntung masih memiliki orang-orang itu dalam hidupku, setidaknya aku menjadi lebih tenang saat itu.

Sahabatku menawarkan untuk menginap di rumahnya di Bekasi dan untuk menuju kesana harus menggunakan bis Damri. Tapi perjalanan ke Bekasi juga cukup jauh dan kalau aku mengambil penerbangan jam 6 subuh berarti aku harus naik Damri lagi jam 3an.

Temanku yang lain ada yang menawarkanku untuk menginap di rumahnya saja di Tangerang, dia mengatakan menginap di bandara bahaya apalagi cewek dan sendirian. Atas pertimbangan macem-macem akhirnya aku mengiyakan tawaan temanku yang di Tangerang. Baik sekali, bahkan aku dijemput orangtuanya di Bandara, sementara dia sendiri masih di Bandung baru akan ke rumah malam itu.

Aku benar benar berterimakasih padanya dan keluarganya sudah memberikan tempat menginap, dijemput, bahkan diantarkan ke Bandara esok harinya. Temanku yang satu ini memang baik luar biasa. Kita cukup dekat karena 1 unit dan aktif di salah satu organisasi fakultas. Dia tidak bisa marah dan mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingannya. Terimakasih sudah membuatku semakin menghargai mahal sebuah kebaikan dan pertemanan.

Dari kejadian ini aku belajar untuk tidak meremehkan waktu, bahwa tiba lebih awal lebih baik daripada terlambat, aku belajar untuk tidak bermain-main dengan waktu, untuk menghargai waktu, dan aku juga belajar untuk selalu peduli dan berbuat baik pada siapapun yang mengalami kesulitan

Aku mendapat pelajaran lagi. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar: