Anda Pengunjung Ke :

Senin, 28 Desember 2015

Intermezzo di Hari Sabtu

Tangan kanan memegang hp dan gulungan karton. Tangan kiri memegang karton padi (duplex) tebal dan sebuah kantong plastik berisi kertas kertas. Aku turun angkot dan sedikit berlari ke perpustakaan pusat karna kupikir aku akan terlambat untuk bertemu seseorang.

Angin bertiup cukup kencang dan duplex tebal di tangan kiriku terangkat dan hampir terlepas dari tangan. Rempong. Seperti biasa. Pagi itu aku membawa peralatan untuk membuat alat peraga untuk mengajar di salah satu rumah belajar. Karena hari itu adalah akhir semester i rumah belajar tersebut, aku harus menyiapkannya sebaik mungkin.

Aku memutuskan menyelesaikannya di perpustakaan karena aku masih memiliki kegiatan lain di kampus setelahnya. Aku melihat seseorang yang kupikir menungguku (ternyata tidak) sedang berdiri didekat pintu utama perpustakaan dengan setelan khasnya, polo, jaket, sendal, dan tas ransel. Aku mencoba tidak tersenyum tapi sepertinya gagal. Aku senang melihatnya hari itu.

Kami berdua masih menunggu orang lain. Sambil menunggu orang tersebut yang akan datang 1 jam kemudian, aku mengeluarkan peralatan gambar-gunting-tempel dan mulai mengerjakan alat peragaku. Ternyata cukup banyak yang harus dikerjakan.

Dia menawarkan diri untuk membantuku memotong duplex yang tebal itu. Aku setuju dan kami mengerjakannya di salah satu sudut perpustakaan lantai 1, di lantai, karena kami tidak mau merusak meja perpus dengan cutter yang kami gunakan. Dia memintaku melanjutkan gambarku sementara ia memotong-motong duplex itu sesuai bentuk yang kugambar sebelumnya.

Curi-curi aku melihatnya bermain dengan cutter itu. Hati-hati dan rapi sekali pekerjaannya. Aku selalu kagum dengan laki-laki yang sukses bersabar memotong dan menyelesaikan pekerjaan tangan dengan rapi. Jenis laki-laki yang jarang kutemui.


Sabtu, 19 Desember 2015,
Di salah satu sudut lt. 1 Perpustakaan Pusat ITB yang cukup ramai

Bermain Waktu (Part 2)

Selasa, 22 Desember 2015

Sudah hampir pukul 16 dan aku masih belum tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Aku sudah panik luar biasa dan memikirkan kemungkinan terburuk hari itu. Aku mencari penerbangan lain ke Banjarmasin dan entah sial atau bagaimana hari itu sudah tidak ada lagi flight langsung ke Banjarmasin. Yang tersisa tinggal flight transit yang transitnya gak cuman sekali dan harganya sudah 2 jutaan.

Aku menelpon mama dan mama hanya tertawa dan memintaku untuk tidak panik, terus berdoa semoga sempat. Aku benar-benar hanya berdoa sepanjang jalan semoga masih sempat.

Pukul 16.45 travelku tiba didepan terminal keberangkatan A1, aku langsung berlari masuk dan menuju meja check in. Berharap pesawatku delay seperti biasanya. Ternyata tidak. Petugas dimeja check in mengatakan pesawatku delay 5 menit. Aku berusaha nego dengan petugas dan menjadi pusat perhatian seisi terminal keberngkatan saat itu. Aku menyerah dan memutuskan untuk pergi dari meja check in itu sambil mendengar pengumuman bahwa pesawatku baru saja berangkat. Aku menunduk menahan malu dari tatapan orang-orang saat itu. Aku berusaha tenang dan menuju kearah pintu keluar.

Aku memutuskan untuk duduk dulu di foodcourt terdekat, berusaha mencari penerbangan lainnya, berharap ada penerbangan langsung ke Banjarmasin tersisa untuk hari itu. Ternyata memang tidak ada, Sudah berkali-kali refresh masih tidak ada. Penerbangan berikutnya ada esok harinya. Sebelum hal-hal aneh mungkin terjadi, aku memutuskan untuk booking tiket esok hari dulu. Entah bagaimana wajahku saat itu, panik, lelah, sedih, dan tentu saja penuh penyesalan. Sittuasi saat itu diperburuk dengan hapeku yang gagal melakukan booking tiket disalah satu situs pemesanan tiket pesawat online.

Aku menelpon mama dan teringat aku belum mengucapkan selamat hari ibu. Setalah mendapat ceramah dan nasihat cukup panjang, "Mam, selamat hari ibu.." tutupku di telepon.

Gatau kenapa tiba-tiba mataku berair hari itu. Aku kesal, sedih, takut, dan marah di waku yang bersamaan. Aku yang rempong, caleuy, dan tidak bisa menyelesaikan apapun dengan baik. Aku masih berusaha berdamai dengan diriku saat itu.

Setelah kurasa cukup mengutuki diri seniri, aku menghubungi temanku untuk memesankanku tiket karena entah karena jaringan  jelek atau apa aku masih tidak bisa melakukan booking tiket online. Aku memintanya membookingkanku beberapa penerbangan sekaligus, yang penting booking dulu ntar tinggal pilih bayar yang mana.

Aku juga baru terpikir kalau pesawatku esok harinya, berarti aku harus menginap di Bandara. aku mencari beberapa informasi tentang aman atau tidaknya bermalam di Bandara. Beberapa sumber mengatakan aman asalkan tidak tertidur dan tidak sendirian. Aku mulai takut karena aku tidak bersama siapapun dan aku sangat mengantuk saat itu. Mama menyerahkan sepenuhnya padaku baiknya bagaiimana, yang penting berdoa.

Beberapa teman yang masih peduli denganku  menanyakan bagaimana keadaanku saat itu, apakah aku ditinggal pesawat atau tidak. Aku beruntung masih memiliki orang-orang itu dalam hidupku, setidaknya aku menjadi lebih tenang saat itu.

Sahabatku menawarkan untuk menginap di rumahnya di Bekasi dan untuk menuju kesana harus menggunakan bis Damri. Tapi perjalanan ke Bekasi juga cukup jauh dan kalau aku mengambil penerbangan jam 6 subuh berarti aku harus naik Damri lagi jam 3an.

Temanku yang lain ada yang menawarkanku untuk menginap di rumahnya saja di Tangerang, dia mengatakan menginap di bandara bahaya apalagi cewek dan sendirian. Atas pertimbangan macem-macem akhirnya aku mengiyakan tawaan temanku yang di Tangerang. Baik sekali, bahkan aku dijemput orangtuanya di Bandara, sementara dia sendiri masih di Bandung baru akan ke rumah malam itu.

Aku benar benar berterimakasih padanya dan keluarganya sudah memberikan tempat menginap, dijemput, bahkan diantarkan ke Bandara esok harinya. Temanku yang satu ini memang baik luar biasa. Kita cukup dekat karena 1 unit dan aktif di salah satu organisasi fakultas. Dia tidak bisa marah dan mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingannya. Terimakasih sudah membuatku semakin menghargai mahal sebuah kebaikan dan pertemanan.

Dari kejadian ini aku belajar untuk tidak meremehkan waktu, bahwa tiba lebih awal lebih baik daripada terlambat, aku belajar untuk tidak bermain-main dengan waktu, untuk menghargai waktu, dan aku juga belajar untuk selalu peduli dan berbuat baik pada siapapun yang mengalami kesulitan

Aku mendapat pelajaran lagi. Alhamdulillah.

Bermain Waktu (Part 1)

Bisa dibilang aku selesai ujian cukup cepat, tanggal 18 Desember 2015 adalah hari terakhir aku mengerjakan rangkaian 3 hari berturut ujian yang super abstrak. Beberapa teman sudah merencanakan liburan atau acara pulang kampungnya dengan baik, beberapa ada yang langsung cus bandara, dan beberapa masih harus menyelesaikan beberapa urusannya di kampus. Aku yang kebiasaan membeli tiket pesawat dadakan hari itu belum merencanakan kapan pulang ke Balikpapan. Mama menyuruhku untuk tidak membeli tiket dulu, karena mamah abah dan adik-adik ada rencana mau keluar kota tapi belum pasti juga. Keputusannya aku membeli tiket menunggu konfirmasi dari mama dulu beli tiketnya kemana.
2 hari kemudian, setelah menunggu kabar pasti dari mama, akhirnya aku beli tiket pesawat tujuan Banjarmasin untuk tanggal 22 Desember 2015 dari Jakarta. Aku tidak langsung memesan travel ke Jakarta karena biasanya aku memesannya H-1 atau hari H.

Tanggal 21 malamnya aku lupa sama sekali memesan travel dan tertidur pulas sekali. Paginya aku masih merapikan barang-barang dan menganggap enteng masalah travel ini. "Ah, paling pesan 3 jam sebelumnya juga bisa kan" pikirku saat itu. 

Setelah semua barang-barang sudah siap, aku pergi ke travel terdekat di simpang Dago, wah ternyata sudah full. Aku belum panik karena masih ada beberapa travel di jalan Dipatiukur. Aku mengunjungi travel itu satu per satu dan ternyata tidak ada seat sama sekali untuk perjalanan ke Jakarta siang itu. Aku googling no telp travel-travel atau apapun penyedia jasa tumpangan ke Jakrta. Sudah lebih dari 10 nomor yang kutelpon dan semuanya mengatakan semua seat ke Jakarta udah full untuk hari itu. Aku memohon pada semua nomor itu untuk memberikabar kalau ada yang tiba-tiba cancel, saking desperatenya. Aku pun bertanya dan berharap mendapat solusi dari teman-teman dekatku di berbagai grup. Beberapa teman menyarankan untuk naik kereta atau bus biasa di terminal. Oke aku tanpa pikir panjang langsung menuju kosan, menyiapkan barang bawaan (1 ransel dan 1 koper), kemudian menelpon gojek dan minta diantarkan ke terminal.

Siang itu sekitar pukul 11.15WIB Jalanan cukup padat dan aku sibuk meminta a'a gojek untuk menyetir lebih cepat lagi. Kalau aku masih belum jalan juga ke Jakarta sampai jam 12, pesawatku gak akan terkejar. Terminal sudah terlihat, tiba-tiba ponselku berdering dari nomor yang tak ada di kontakku. Aku mengangkatnya dan ternyata telepon dari salah satu Travel mengatakan kalau ada kursi yang kosong untuk jam 12 ke Bandara Soekarno-Hatta siang itu.

ALHAMDULILLAAAAAAH teriakku yang sepertinya cukup keras ditelinga a'a gojek. Aku pun meinta a'a Gojek mutar arah dan menuju ke lokasi travel yang meneleponku tadi. Luar biasa sabar a'a Gojek yang satu ini. Sudah bersedia membawa penumpang ribut merepotkan macam aku, menyetir dengan gesit dengan membawa koper dibagian depannya. A'a gojek terbaik bangsa.

Tapi kepanikan masih berlanjut, aku masih harus menuju ke lokasi travel yang berangkat jam 12 sementara saat itu sudah jam setengah 12 lewat. Lahmadulillah jam 1 kurang 6 menit aku sampai di pool travel dan menggucapkan terimakasih sebanyaknya pada a'a Gojek dan a'a Travel yang sudah meneleponku.

Pukul 12 tepat travelku berangkat. Pesawatku take off pukul 16.50 dari Soekarno Hatta. Aku berharap perjalanan ke bandara bisa tepat waktu 3 jam. 4 jam 50 menit kupikir waktu yang cukup lama untuk menuju bandara. Aku berdoa dan tertidur di travel.

Ternyata semua diluar perkiraan. Pukul 16.00 aku masih terjebak padatnya jalanan jakarta..

Minggu, 20 Desember 2015

Kebaikan

"Boleh jadi, saat engkau tertidur lelap, pintu-pintu langit sedang diketuk
oleh puluhan doa kebaikan untukmu,

dari fakir yang telah engkau tolong,
atau dari orang kelaparan yang telah engkau beri makan,
atau dari seorang yang sedih yang telah engkau bahagiakan,
atau dari seseorang yang berpapasan denganmu yang telah engkau berikan senyuman,
atau dari seorang yang dihimpit kesulitan dan telah engkau lapangkan.

Maka janganlah sekali kali engkau meremehkan sebuah kebaikan...

-Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitab Miftah Daaris Sa'aadah

Rabu, 02 Desember 2015

Cuanki

Kemarin adalah hari yg sangat melelahkan. Mungkin hanya untukku karena malam sebelumnya aku tidak tidur untuk menyelesaikan tugas besar dan hari sebelumnya badanku sudah cukup remuk karena harus melakukan perjalanan keluar kota seharian.

Pukul 5 sore adalah waktu yg kutunggu, setidaknya untuk menyandarkan kepalaku sejenak. Langit gelap seperti biasa. Angin bertiup membawa suasana yang sangat nyaman untuk tidur.

"Dingin - dingin gini enaknya makan bakso Cuanki" kata salah satu temanku, mengajak untuk makan bakso Cuanki di depan kampus. Tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja. Lumayan sebagai penghangat untuk hari itu.

Jadilah Aku, Kiki, Nindy, dan Atika memutuskan untuk makan Cuanki sore itu. Begitu sampai di gerbang depan kampus, langit gelap tadi mulai merintikkan hujan. semua orang bersiap mengeluarkan payung mereka. Tanganku yg sejak pagi menenteng kardus perkakas tugas besar membuatku cukup rempong untuk mengeluarkan raincoat tas dan payung dari dalam tas. Rempong seperti biasanya.

Hujan ternyata tidak mengurungkan niat teman-temanku untuk makan bakso Cuanki. Setelah beres denagn raincoat dan payung, kami nenuju tempat bakso Cuanki itu.

sambil menunggu A'a nya nyiapin pesanan kita, kita duduk dibawah pohon besar dekat Salman. Hujan semakin deras dan tempat itu mulai terasa tidak nyaman karena basah. Tapi kurasa tidak masalah saat itu.

Pesanan kami sudah siap. Kami tidak beranjak dari tempat kami duduk tadi. Dengan beralaskan pastik, memegang payung, ditemani hujan dan udara dingin sore itu, kami menyantap bakso Cuanki tanpa peduli apapun.

Pemandangan yg cukup unik kukira. Duduk emperan makan bakso sambil payungan. Orang-orang yg berlarian menghendari hujan mungkin keheranan melihat kita lebih memilih untuk hujan-hujanan. Diliatin orang-orang yang melintas masuk dan keluar Salman yg mungkin beberapa adalah teman kami.

Kami hanya tertawa dan sesekali menunduk untuk menutupi wajah kami. Lelahku hari itu rasanya benar-benar hilang. Kombinasi tawa hangat sahabat-sahabatku dan udara dingin saat itu membuat bakso Cuanki yang kumakan terasa nikmat sekali.

Salah satu dari kami, baru saja terkena musibah yabg membuatnya sangat bersedih. Aku senang melihatnya ikut tertawa lepas saat itu. Tentu bukan karena ia tak bersedih lagi, tapi setidaknya ia lupa kalau ia sedang bersedih.

Hujan-hujanan makan bakso Cuanki bareng sahabat. Lagi lagi, bahagia sesederhana itu.

:)

Minggu, 22 November 2015

Kucing GKU Barat

Kucing makhluk Tuhan juga, bukan?

Kamu bisa menemukan banyak kucing di ITB. Tidak hanya di kantin, kucing-kucing di ITB pun sering berkeliaran ke ruang kelas. Beberapa teman yang takut kucing sangat merasa tertanggu dengan hal tersebut dan beberapa lainnya yang menyukai kucing bisa dengan mudahnya terdistraksi di tengah pelajaran. Rasanya kucing sudah menjadi bagian hari-hari di kampus Ganeca.

Masih sering kutemui mahasiswa-mahasiswi yang berlaku kasar pada kucing-kucing di kampus. Ada yang menendangnya, mengusirnya, menyiramnya, mempermainkannya, dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya. Memang terkadang keberadaan kucing-kucing tadi sangat mengganggu, terutama di kantin. Gak jarang kantin jadi heboh gara-gara kucing yng mengganggu pengunjung kantin.

Pagi itu aku kuliah pagi di Gedung Kuliah Umum Barat. Aku datang terlalu pagi dan memutuskan untuk membeli beberapa gorengan di sekitar GKUB. Dari balik pintu tempat aku membeli gorengan, aku melihat seorang bapak petugas kebersihan GKUB berjalan pelan menuju salah satu sudut GKUB sambil membawa sepiring penuh berisi makanan. "Mungkin bapak itu belum sarapan", pikirku saat itu.

Begitu sampai di salah satu sudut tersebut, bapak itu mengeluarkan suara "ckckckckckckckckckckc" dan aku melihat kucing-kucing berlarian ke arahnya. Bapak itu meletakkan piring penuh itu ke lantai dan kucing-kucing semakin banyak yang datang kearahnya. Kucing-kucing itu makan dengan lahapnya dan kulihat sesekali bapak itu mengelus kucing-kucing yang kelaparan itu. Setalah memastikan kucing-kucing penghuni GKUB makan, bapak itu kembali ke ruangannya.

Aku melihat sebuah contoh dari menyayangi semua makhluk Tuhan. Rasanya kita sering melupakan hal yang satu ini, bahwa tumbuhan dan hewan pun sebenarnya juga makhluk Tuhan  yang harus kita perhatikan. Yang menarik perhatianku saat itu adalah, disaat orang-orang lain sibuk mengeluhkan kucing-kucing kelaparan yang mengganggu makan mereka, bapak itu memastikan kucing-kucing kelaparan tadi makan dengan lahap.

Selasa, 17 November 2015

They Have Power

"Too often we underestimate the power of a touch, a smile, a kind word, a listening ear, an honest compliment, or the smallest act of caring, all of which have the potential to turn a life around" -Leo Buscaglia
Bermuka masam, sarkas, menghina, mengejek, menyela....
Sadarkah kadang kita begitu jahat pada orang-orang terdekat kita, pada orang-orang di sekitar kita?
Walaupun niatnya hanya bercanda, tahukah kita kadang kita menyakiti mereka?

Disenyumin, dipuji, didengarkan, diperhatikan...
Betapa sederhananya kebahagiaan seseorang. Betapa mudahnya kita berbuat kebaikan.
Tapi, kenapa kita sering melupakan hal-hal kecil seperti itu?

Sadarkah kita, hal-hal kecil yang kita lakukan bisa mengubah hidup mereka?

Hidupku adalah contohnya.

Jumat, 13 November 2015

Ia akan Kembali

Percakapamku dengan seseorang sesaat sebelum ia praktikum. Aku terpaksa menemuinya pagi-pagi karena kartu praktikumku terbawa olehnya..

Dia

Jumat, 16 Oktober 2015

Let Me Try

At some point you will realize that you have done too much for someone or something, that the only next possible step to do is to stop. Leave them alone. Walk away. It's not like you're giving up, and it's not like you shouldn't try. It is just that you have to draw the line of determination from desperation. What is truly yours would eventually be yours, and what is not, no matter how hard you try, will never be.

Senin, 17 Agustus 2015

Mentor OSKM ITB 2015

"Langit malam ini menjadi saksi lahirnya teladan-teladan baru, yang bersinar"

Hati ini bergetar mendengarnya. Menyadari bahwa tanggung jawabku ternyata cukup berat.
Aku haruslah yang selalu terlihat bahagia di depan mereka, Aku haruslah menjadi seseorang yang bisa menjawab semua rasa keingintahuan mereka. Aku haruslah memastikan mereka selalu dalam keadaan yang paling baik.

Yang membuatku takut adalah aku harus menjaga mimpi-mimpi indah mereka. Aku tau sedikit kesalahanku dalam berkata akan menghancurkan mimpi-mimpi mereka, merubah pandangan mereka, dan menyebabkan mereka berada dalam jalan yang salah.

Yang membuatku bergetar adalah ketika aku menyadari bahwa tanggung jawab terbesarku adalah menjadi teladan bagi mereka. Sanggupkah?

Saya, Pebriani Artha, mentor OSKM ITB 2015, Lascaya Andamarsa

Jumat, 24 Juli 2015

Komentar?

"Mereka yang apatis barangkali (awalnya) adalah penyimak berbagai macam pemikiran yang terlontar. Bukan karena pemikirannya, tapi jengah melihat cara penyampaiannya yang sama sekali tidak matang."
Ada orang yang merasa harus menyampaikan pendapatnya
Ada orang yang sekadar ingin unjuk pengetahuan analisisnya
Ada orang yang sependapat, ikut berkoar dalam komentar
Ada orang terprovokasi, mati-matian berargumen

Ricuh.

Tapi jangan lupa bahwa ada orang yang menjadi berubah pahamnya
Kehilangan intuisi atas esensi berpendapat
Menjadi apatis
Enggan mengemukakan pikiran ataupun berkomentar
Karena mereka berpikir:
Berpendapat tidak lagi penting
Semenjak semua orang sudah "pintar"
Sudah tahu apa yang menurutnya benar
Buat apa minyak memaksa air melebur bersamanya?
Minyak akan bercampur dengan minyak
Air akan menyatu dengan air
Toh kita sudah tahu bahwa minyak dan air tak pernah menyatu

Sial, semua yang tertulis di sini pun adalah pendapat!

Selamat kawan, kita berada di generasi bebas berpendapat!
Jangan merusak pandangan saling melontar pikiran yang identik dengan citra pencerdasan menjadi balas kicau yang memekakkan telinga dan batin pembacanya :)

Berpendapat, berargumen, dan berkomentarlah dengan cerdas dan elegan :)

dikutip sepenuhnya dari postingan Line seseorang bernama Bertha Fania Maula

Kamis, 25 Juni 2015

Memaafkan

"Memaafkan adalah makanan terbaik bagi rasa benci dan rasa cinta–yaitu agar si benci tenang, agar si cinta menang.
memaafkan serupa dengan menyiramkan air. Tanah yang kering menjadi lunak. Tanah yang subur menumbuhkan benihnya."

— seringkali kita membenci sesuatu karena ia asing bagi hati kita. kita membenci rasa benci karena tak tau bagaimana menghadapinya. berkenalan saja. demikianlah rasanya.
kemudian, maafkanlah saja.

Rabu, 24 Juni 2015

Menutup dan Menunduk

Rasanya sulit sekali berbicara dengan orang lain tanpa melihat wajahnya..

Rasanya aneh sekali menggunakan masker sepanjang hari untuk menutupi bagian bawah matamu yang bengkak..

Rasanya aneh tidak ada satupun yang menyapamu karena kamu menundukkn wajahmu selama berjalan..

Tapi..
Rasanya menyenangkan kamu bisa diam-diam memperhatikan gerak gerik orang lain tanpa takut mereka melihat kearahmu dan mengenalimu..

Selalu ada hikmah dibalik musibah, aku harus menggunakan masker karena wajahku bengkak dan mataku merah tanpa alasan jelas.

Jadi begini rasanya menyembunyikan wajah dan menundukkan pandangan. Menenangkan.

Sore hari menjelang buka puasa di Mesjid Salman.. Sendirian.

Selasa, 23 Juni 2015

Penting

Kau harus bisa membedakan ini :

Dia yang menghubungimu karena ada waktu luang, dan dia yang sengaja meluangkan waktunya untuk menghubungimu.


Kelak kau akan tahu, siapa yang sebenarnya menganggapmu penting.

Yang Terbaik

Hidup adalah tentang pilihan, tentang membentukmu menjadi apa dengan apa-apa yang kau pilih. Tentang seperti apa kau ingin dikenali, tentang dengan siapa kau ingin menuju Tuhanmu.

Kata mereka, memilihlah dengan baik, pilihlah yang terbaik. Yang membuatmu selamat dan bahagia tidak hanya di dunia, tapi juga menuju Tuhan. Kata mereka lagi, pilihlah yang benar-benar bisa menjadi imam yang baik, dengan segala kepatuhannya pada Tuhan, dengan segala cintanya pada ibu dan ayahnya.

Bukankah yang terbaik menurut manusia, tak selalu paling baik menurut Tuhan? manusia selalu saja bebal dengan menentukan ukuran standarnya sendiri. Sungguh, manusia tak pernah tau apa yang ada dalam hati, tak pernah tau seperti apa kehidupan di depan, seperti apa bentuk cinta terbaik pun, manusia tak pernah mengerti.

Bagaimana bila pilihanku jatuh padamu? 
Aku tak tau apa kau yang terbaik atau bukan, karena aku juga tak tau apa aku ini baik atau tidak. Tapi aku yakin, Tuhan akan menyatukan orang yang pantas bersatu.

Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?
Kita sama-sama menjadi yang terbaik saja di hadapan Tuhan, berdoa menunggu disatukan.
Bagaimana? kau setuju, kan?

oleh fatimahkurniawan

Kamis, 11 Juni 2015

Banyak Hal...

Terlalu banyak hal di dunia ini yang membutuhkan penjelasan sehingga kita lupa makna dari menjadi tidak tahu. Terlalu banyak omong kosong dan kata-kata yang lahir dari perdebatan perihal makna, tetapi terlalu sedikit yang benar-benar memahami bahwa hal-hal yang coba dijelaskan itu tak lebih berguna daripada diam dan menerima.
-Eminusdoleo

Diambil dari status Facebook teman, Febi Agil Ifdillah

Kamis, 04 Juni 2015

Mother

"She who can take the place of all others, but whose place no one else can take"

Tiba-tiba saja saya sangat merindukan mama. Sosok yang hanya dengan melihatnya saja sudah sangat melegakan, hanya dengan melihatnya saja tubuh ini seperti dikuatkan. Sosok yang kujadikan teladanku dalam semua hal. Ciptaan Tuhan paling sempurna yang pernah saya temukan.

tiba-tiba terpikir.....
Ketika saya menjadi seorang ibu nantinya, mampukah saya menjadi sosok mengagumkan itu?

Bandung tengah malam, demam menyerang

Senin, 25 Mei 2015

Bila Tidak Ada Pertemuan

Pernahkah satu waktu dalam hidupmu kamu bertanya-tanya. Mengapa kita harus bertemu. Mengapa kita tidak sengaja berpapasan. Hingga entah siapa yang pertama kali menyapa.

Bila pertemuan kita mengandung rahasia. Maka, rahasia seperti apakah kiranya yang Dia sembunyikan?

Karena darimu aku belajar tentang Tuhan. Darimu pula aku belajar tentang kehidupan. Kau mematahkan keraguan-keraguanku tentang keadilian-Nya. Kau memaksaku dengan buku-buku. Aku membencinya tapi aku tidak pernah bisa menolakmu. Karena aku selalu ingin mematahkan pendapatmu.

Tapi, setiap kali bertemu aku hanya diam saja mendengarkanmu. Lalu, aku mengiyakannya. Kau membuatmu mengenal sesuatu yang asing sebelumnya.

Menarik sekali kiranya bila aku tahu. Apakah gerangan yang hendak Tuhan sampaikan. Apabila dia mengirimmu hanya untuk membuatku jatuh cinta, aku rasa aku tidak memerlukan semua ini. Bila Tuhan hanya mengirimu untuk duniaku, aku tidak membutuhkannya. Aku hanya bertanya-tanya, kiranya apa yang akan terjadi bila hingga hari ini kita tidak pernah bertemu. Bila kita tidak pernah berpapasan dan tidak pernah ada sapa. Dan kita tidak pernah saling mengenal.

Apakah kiranya Tuhan akan tetap mempertemukan kita?

oleh kurniawangunadi

Kemenangan

"Mengapa lelah? Sementara Allah selalu menyemangati dengan Hayya 'alal Falah. Bahwa kemenangan hanya berkisar antara kening dan sajadah"

Jumat, 08 Mei 2015

Sampah yang Dipungut Kembali

Semua orang punya definisi bahagianya masing-masing...
Mungkin kita bahagia saat berhasil mencapai sesuatu, saat diberi hadiah oleh orang tercinta, atau saat kita berhasil membuat kedua orangtua kita bangga.
Tapi, belakangan ini aku baru sadar, ada satu saat dimana aku merasa sangat senang, bahagia, dan semacamnya apapun namanya. Momen itu adalah saat aku merasa dibutuhkan oleh orang lain. Ternyata bahagia.... sesederhana itu. Karena aku bisa sebahagia itu, aku akan melakukan apapun semaksimal mungkin untuk membantunya walaupun kadang aku sendiri tidak yakin aku bisa.

Perasaan saat aku tau ternyata masih ada yang membutuhkanku disaat aku merasa hidup aku sampah banget. Membuatku teringat bahwa Tuhan memang menciptakan semua maklukhNya dengan suatu tujuan, mungkin sekarang aku belum menemukan tujuan itu dan masih terus mencarinya.

Terimakasih kepada siapapun kamu yang membuatku merasa kembali dipungut dari tempat pembuangan sampah. Ternyata sampah kecil ini masih bisa bermanfaat untukmu.
Selamat, kamu memungut sampah yang tepat, sampah kecil ini tidak akan mengecewakanmu.

:)

Minggu, 19 April 2015

Live Your Life

"Hidup jangan sekedar mengalir, tetapi mengalirlah deras seperti arus. Hidup jangan sekedar tenggelam, tetapi menyelamlah, maka kamu akan melihat indahnya samudra dan dasar laut" -Kang Ahmad Sofwan EL '10 
Quote penutup mentoring hari ini. Sederhana, tetapi mengena. Tentang sebuah pesan agar manusia hidup tak hanya sekedar hidup. Hidup haruslah punya tujuan, hiduplah dengan gambaran jelas dirimu akan menjadi apa kemudian. Sangat membuka mata saya yang sepertinya menjalani hari-hari tanpa tau untuk apa hal-hal yang saya kerjakan setiap harinya. Saya mulai melukis hidup saya lagi. Kali ini dengan garis-garis tegas dan warna-warna nyata.

Kamis, 12 Februari 2015

Diam-Diam Peduli

Aku tidak harus menunjukkan kepedulianku terhadapmu pada semua orang, bukan?
Seperti seorang ayah yang sejak dahulu lebih banyak diam, jarang menanyakan kabar tapi sibuk kesana kemari mencarikanmu kehidupan. Seperti seorang pecinta yang begitu bersemangat mendoakan kekasihnya agar memiliki hari hari yang baik untuk esoknya. 
Atau seperti anak-anak yang malu-malu enggan meminta ketika ia menyukai sesuatu, kemudian sang Bunda memberikan padanya sesuatu yang menyenangkan hatinya.
Aku kepadamu bukanlah seorang pecinta kepada kekasih. Bukan pula seorang ayah kepada anaknya. Aku adalah seorang perempuan yang sengaja benar oleh Tuhan dipertemukan denganmu di planet ini.
Lalu pada hari-hari berikutnya tidak pernah alfa aku berdoa untuk keselamatanmu. Manusia pada umumnya bilang itu cinta, aku tidak bilang begitu. Bagiku ini seperti sebuah kesempatan dalam hidup untuk merasakan bagaimana tulusnya berdoa untuk orang lain. Padahal orang lain tersebut bukanlah siapa-siapa, setidaknya untuk saaat ini.
Sebab seringkali kita begitu berat mendoakan orang lain yang lebih dalam kesusahan, mungkin dekat kematian atau dalam perang. Atau mendoakan orang yang paling kita kenal sepanjang hidup pun , ayah dan ibu,  tidak pernah seperti ini.
Jika kita dipertemukan dalam keadaan seperti ini, sama sama sendiri dan sama sama tahu bahwa kita tidak bisa menjalani kebersamaan tanpa kerestuan dari Tuhan. Pastilah kita menerka-nerka kiranya apa yang sedang Tuhan rencanakan.
Aku mendoakan keselamatanmu hingga lupa mendoakan keselamatanku sendiri. Aku memastikan kamu aman ketika menyebrang jalan, atau sekedar memastikan, ah kamu hari ini sehat wal afiat.
Ini persis seperti anak perempuan yang jatuh cinta pada boneka beruang di toko mainan, memperhatikan dan menginginkan, sekedar ingin. Tapi dinding kaca menjadi batas antara memiliki dan tidak memiliki. Seandainya dipecahkan tentu saja dimarahi satpam. Sedang ia belum memiliki kecukupan untuk membelinya.
Aku kepadamu adalah seseorang dengan orang lain yang bukan siapa-siapa. Jika aku peduli kepadamu, itu semata karena aku tidak tahu tentang bagaimana cara mengatasi perasaan. Setidaknya aku mampu menahannya dengan cukup mendoakan. Aku menahannya untuk tidak lebih dari itu.

Bandung, pagi-pagi hujan.
untuk setiap orang yang diam-diam mendoakan

Cerpen karya Kurniawan Gunadi