Cerita ini ditulis pada awalnya hanya untuk memenuhi laporan akhir KKN, tapi pas nulisnya malah baper sendiri. Sedikit sharing aja tentang KKN ku beberapa waktu lalu.
Sedikit tentang banyak pembelajaran hidup yang kudapat selama 3 minggu. Hehe
Perasaan takut dan ragu beberapa
hari menjelang eksekusi KKN. Kepikiran apakah selama disana aku bisa
beradaptasi? Bagaimana dengan warga disana.. Apakah akan baik padaku..
Bagaimana dengan makanku selama disana.. Bagaimana dengan kegiatanku disana,
apakah akan bermanfaat nantinya. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu cukup
menggangguku. Namun aku tau, superteam Tema Pendidikan sudah berusaha
mempersiapkan yang terbaik agar selama disana baik-baik saja. InsyaAllah.
Perjalanan kesana tidaklah
menyenangkan, harus menggunakan mobil tentara entah apa itu namanya. Mual luar
biasa sepanjang perjalanan sehingga aku memutuskan untuk tidur atau sekedar
memejamkan mata. Aku berharap keberjalanan KKN ini tidak seburuk perjalanan
kesana.
Sampai di lokasi kami semua
disuguhi pemandangan luar biasa indah sepanjang perjalanan. Aliran sungai,
hutan, hamparan gunung-gunung, dan sawah warga menemani perjalanan mendaki kami
yang tidak singkat. Tapi kami tak bisa langsung beristirahat karena ada
beberapa masalah mengenai masalah penempatan rumah yang cukup pelik ternyata.
Jadilah beberapa dari kami masih merasa digantungkan mengenai massalah tempat
tinggal, walaupun paada akhirnya kami dicarikan tempat tinggal sementar.
Aku dan beberapa teman yang
serumah alhamdulillah menempati rumah sesuai dengan yang direncanakan. Rumah
salah satu kepala RW disana, rumah Bapak Encar dan keluarga. Rumah ini tampak
biasa-biasa saja dari luar, kami cukup terkejut karena rumah ini tidak memiliki
penerangan memadai dan tidak memiliki kamar mandi. Kami sempat kebingungan dan
mengeluhkan hal tersebut pada awalnya. Untuk mencapai kaamar mandi terdekat
kami harus berjalan cukup jauh dulu. Ditambah lagi ada beberapa kami yang
terserang penyakit diare semakin sulit dengan tidak adanya kamar mandi. Tapi
lama kelamaan hal tersebut menjadi tidak masalah. Kami pun mulai terbiasa
dengan hal tersebut. Bangun sebelum subuh untuk ke kamar mandi dan tidur agak
malam karena saling menunggu satu sama lain untuk mandi.
Sambil beradaptasi dengan kondisi
disana, kami tetap harus menjalankan program kami membawa misi pendidikan di
Kampung Gandasoli dan sekitarnya. Dengan segala persiapan yang matang kami
berharap program dapat berjalan sesuai yang kami inginkan.
Sudah menjadi rutinitas di rumah
kami, kebetulan rumah yang saya tempati merupakan pusat logistik, sehingga kami
serumah merangkap sebagai staf logistik untuk menyiapkan segala kebutuhan
program setiap harinya. Kami melakukannya dengan senang karena kami semua memiliki
niat dan tujuan yang sama, InsyaAllah.
Minggu pertama disana, kami
berkenalan dengan sekolah-sekolah yang ternyata untuk menuju kesana memakan
waktu yang cukup lama dengan medan jalanan yang tidak mudah. Kami harus
melewati perjalanan mendaki, berbatu, hutan rimba, ditambah licinnya jalanan di
minggu pertama akibat hujan setiap harinya. Kami kelelahan karena belum
terbiasa. Tapi itulah yang harus dilalui anak-anak disana untuk mencapai
sekolah mereka. Rasanya malu kalau harus mengeluh terus.
Perasaan kagok saat pertama kali
menyapa adik-adik. Gugup. Panik. Takut. Tapi seiring berjalannya waktu, semua
perasaan jelek itu kalah dengan perasaan bahagia kami mengajar dan bermain
bersama mereka. Rasa lelah pun sudah tidak lagi kami rasakan, semua terbayar
dengan tawa dan kelakuan mereka.
Tim Pendidikan memang bertugas
untuk mengajar disana. Semakin kesini rasanya ssudah tidak bisa dibilang kalau
selama KKN pekerjaan kami hanyalah mengajar. Menurutku justru kamilah yang
banyak belajar dari anak-anak itu. Aku jath cinta dengan segala kesederhanaan
mereka, aku jatuh cinta dnegan senyum dan cerita mereka, aku jatuh cinta dengan
kejujuran dan ketulusan mereka dalam berucap maupun bertindak.
Dari mereka aku belajar betapa
indahnya dunia dengan rasa syukur, bersyukur atas apa yang Tuhan berikan,
Lapangnya hati dengan senantiasa bersyukur. Bersyukur ditengah segala
keterbatasan. Walaupun serba sederhana bahkan kekurangan mereka tetap tersenyum
dan bahagia. Hal kedua yang aku pelajari adalah kesederhaan dalam berbahagia. Bahagia
tidak perlu mahal, bahagia bisa didapat dimana-mana. Bahagia itu sederhana.
Bermain bersama teman, mengetahui hal-hal baru, bermain layangan, makan bersama
keluarga, kedatangan teman baru.. Bahagia sesederhana itu.
Aku juga belajar tentang kasih
sayang dan ketulusan. Inilah yang paling aku sukai dari mereka. Hidup dengaan
kasih sayang berlimpah, hubungan yang baik antar satu sama lain, dan lingkungan
yang gemar bergoting royong. Semuanya dilakukan dengan ketulusan yang terpapar
jelas di wajah mereka.
Terimakasih Talegong, terimakasih
KKN Tematik ITB. Mengambil mata kuliah ini adalah pilihan yang tidak salah dan
merupakan pengaalaman terbaikku selaama aku berkuliah di ITB. Aku belajar
tentang indahnya mengabdi pada masyarakat. Indahnya hidup jika kita bisa
bermanfaat untuk sesama. Terlebih jika hidup yang tidak panjang ini
didedikasikan untuk kesejahteraan masyarakat banyak. Perasaan takut dan ragu beberapa
hari menjelang eksekusi KKN. Kepikiran apakah selama disana aku bisa
beradaptasi? Bagaimana dengan warga disana.. Apakah akan baik padaku..
Bagaimana dengan makanku selama disana.. Bagaimana dengan kegiatanku disana,
apakah akan bermanfaat nantinya. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu cukup
menggangguku. Namun aku tau, superteam Tema Pendidikan sudah berusaha
mempersiapkan yang terbaik agar selama disana baik-baik saja. InsyaAllah.
Perjalanan kesana tidaklah
menyenangkan, harus menggunakan mobil tentara entah apa itu namanya. Mual luar
biasa sepanjang perjalanan sehingga aku memutuskan untuk tidur atau sekedar
memejamkan mata. Aku berharap keberjalanan KKN ini tidak seburuk perjalanan
kesana.
Sampai di lokasi kami semua
disuguhi pemandangan luar biasa indah sepanjang perjalanan. Aliran sungai,
hutan, hamparan gunung-gunung, dan sawah warga menemani perjalanan mendaki kami
yang tidak singkat. Tapi kami tak bisa langsung beristirahat karena ada
beberapa masalah mengenai masalah penempatan rumah yang cukup pelik ternyata.
Jadilah beberapa dari kami masih merasa digantungkan mengenai massalah tempat
tinggal, walaupun paada akhirnya kami dicarikan tempat tinggal sementar.
Aku dan beberapa teman yang
serumah alhamdulillah menempati rumah sesuai dengan yang direncanakan. Rumah
salah satu kepala RW disana, rumah Bapak Encar dan keluarga. Rumah ini tampak
biasa-biasa saja dari luar, kami cukup terkejut karena rumah ini tidak memiliki
penerangan memadai dan tidak memiliki kamar mandi. Kami sempat kebingungan dan
mengeluhkan hal tersebut pada awalnya. Untuk mencapai kaamar mandi terdekat
kami harus berjalan cukup jauh dulu. Ditambah lagi ada beberapa kami yang
terserang penyakit diare semakin sulit dengan tidak adanya kamar mandi. Tapi
lama kelamaan hal tersebut menjadi tidak masalah. Kami pun mulai terbiasa
dengan hal tersebut. Bangun sebelum subuh untuk ke kamar mandi dan tidur agak
malam karena saling menunggu satu sama lain untuk mandi.
Sambil beradaptasi dengan kondisi
disana, kami tetap harus menjalankan program kami membawa misi pendidikan di
Kampung Gandasoli dan sekitarnya. Dengan segala persiapan yang matang kami
berharap program dapat berjaalan sesuai yang kami inginkan.
Sudah menjadi rutinitas di rumah
kami, kebetulan rumah yang saya tempati merupakan pusat logistik, sehingga kami
serumah merangkap sebagai staf logistik untuk menyiapkan segala kebutuhan
program setiap harinya. Kami melakukannya dengan senang karena kami semua memiliki
niat dan tujuan yang sama, InsyaAllah.
Minggu pertama disana, kami
berkenalan dengan sekolah-sekolah yang ternyata untuk menuju kesana memakan
waktu yang cukup lama dengan medan jalanan yang tidak mudah. Kami harus
melewati perjalanan mendaki, berbatu, hutan rimba, ditambah licinnya jalanan di
minggu pertama akibat hujan setiap harinya. Kami kelelahan karena belum
terbiasa. Tapi itulah yang harus dilalui anak-anak disana untuk mencapai
sekolah mereka. Rasanya malu kalau harus mengeluh terus.
Perasaan kagok saat pertama kali
menyapa adik-adik. Gugup. Panik. Takut. Tapi seiring berjalannya waktu, semua
perasaan jelek itu kalah dengan perasaan bahagia kami mengajar dan bermain
bersama mereka. Rasa lelah pun sudah tidak lagi kami rasakan, semua terbayar
dengan tawa dan kelakuan mereka.
Tim Pendidikan memang bertugas
untuk mengajar disana. Semakin kesini rasanya ssudah tidak bisa dibilang kalau
selama KKN pekerjaan kami hanyalah mengajar. Menurutku justru kamilah yang
banyak belajar dari anak-anak itu. Aku jath cinta dengan segala kesederhanaan
mereka, aku jatuh cinta dnegan senyum dan cerita mereka, aku jatuh cinta dengan
kejujuran dan ketulusan mereka dalam berucap maupun bertindak.
Dari mereka aku belajar betapa
indahnya dunia dengan rasa syukur, bersyukur atas apa yang Tuhan berikan,
Lapangnya hati dengan senantiasa bersyukur. Bersyukur ditengah segala
keterbatasan. Walaupun serba sederhana bahkan kekurangan mereka tetap tersenyum
dan bahagia. Hal kedua yang aku pelajari adalah kesederhaan dalam berbahagia. Bahagia
tidak perlu mahal, bahagia bisa didapat dimana-mana. Bahagia itu sederhana.
Bermain bersama teman, mengetahui hal-hal baru, bermain layangan, makan bersama
keluarga, kedatangan teman baru.. Bahagia sesederhana itu.
Aku juga belajar tentang kasih
sayang dan ketulusan. Inilah yang paling aku sukai dari mereka. Hidup dengaan
kasih sayang berlimpah, hubungan yang baik antar satu sama lain, dan lingkungan
yang gemar bergoting royong. Semuanya dilakukan dengan ketulusan yang terpapar
jelas di wajah mereka.
Terimakasih Talegong, terimakasih
KKN Tematik ITB. Mengambil mata kuliah ini adalah pilihan yang tidak salah dan
merupakan pengaalaman terbaikku selaama aku berkuliah di ITB. Aku belajar
tentang indahnya mengabdi pada masyarakat. Indahnya hidup jika kita bisa
bermanfaat untuk sesama. Terlebih jika hidup yang tidak panjang ini
didedikasikan untuk kesejahteraan masyarakat banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar