Anda Pengunjung Ke :

Selasa, 30 Agustus 2016

Terimakasih Adik-Adik Talegong

Cerita ini ditulis pada awalnya hanya untuk memenuhi laporan akhir KKN, tapi pas nulisnya malah baper sendiri. Sedikit sharing aja tentang KKN ku beberapa waktu lalu.
Sedikit tentang banyak pembelajaran hidup yang kudapat selama 3 minggu. Hehe

Perasaan takut dan ragu beberapa hari menjelang eksekusi KKN. Kepikiran apakah selama disana aku bisa beradaptasi? Bagaimana dengan warga disana.. Apakah akan baik padaku.. Bagaimana dengan makanku selama disana.. Bagaimana dengan kegiatanku disana, apakah akan bermanfaat nantinya. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu cukup menggangguku. Namun aku tau, superteam Tema Pendidikan sudah berusaha mempersiapkan yang terbaik agar selama disana baik-baik saja. InsyaAllah.

Perjalanan kesana tidaklah menyenangkan, harus menggunakan mobil tentara entah apa itu namanya. Mual luar biasa sepanjang perjalanan sehingga aku memutuskan untuk tidur atau sekedar memejamkan mata. Aku berharap keberjalanan KKN ini tidak seburuk perjalanan kesana.
Sampai di lokasi kami semua disuguhi pemandangan luar biasa indah sepanjang perjalanan. Aliran sungai, hutan, hamparan gunung-gunung, dan sawah warga menemani perjalanan mendaki kami yang tidak singkat. Tapi kami tak bisa langsung beristirahat karena ada beberapa masalah mengenai masalah penempatan rumah yang cukup pelik ternyata. Jadilah beberapa dari kami masih merasa digantungkan mengenai massalah tempat tinggal, walaupun paada akhirnya kami dicarikan tempat tinggal sementar.

Aku dan beberapa teman yang serumah alhamdulillah menempati rumah sesuai dengan yang direncanakan. Rumah salah satu kepala RW disana, rumah Bapak Encar dan keluarga. Rumah ini tampak biasa-biasa saja dari luar, kami cukup terkejut karena rumah ini tidak memiliki penerangan memadai dan tidak memiliki kamar mandi. Kami sempat kebingungan dan mengeluhkan hal tersebut pada awalnya. Untuk mencapai kaamar mandi terdekat kami harus berjalan cukup jauh dulu. Ditambah lagi ada beberapa kami yang terserang penyakit diare semakin sulit dengan tidak adanya kamar mandi. Tapi lama kelamaan hal tersebut menjadi tidak masalah. Kami pun mulai terbiasa dengan hal tersebut. Bangun sebelum subuh untuk ke kamar mandi dan tidur agak malam karena saling menunggu satu sama lain untuk mandi.

Sambil beradaptasi dengan kondisi disana, kami tetap harus menjalankan program kami membawa misi pendidikan di Kampung Gandasoli dan sekitarnya. Dengan segala persiapan yang matang kami berharap program dapat berjalan sesuai yang kami inginkan.

Sudah menjadi rutinitas di rumah kami, kebetulan rumah yang saya tempati merupakan pusat logistik, sehingga kami serumah merangkap sebagai staf logistik untuk menyiapkan segala kebutuhan program setiap harinya. Kami melakukannya dengan senang karena kami semua memiliki niat dan tujuan yang sama, InsyaAllah.

Minggu pertama disana, kami berkenalan dengan sekolah-sekolah yang ternyata untuk menuju kesana memakan waktu yang cukup lama dengan medan jalanan yang tidak mudah. Kami harus melewati perjalanan mendaki, berbatu, hutan rimba, ditambah licinnya jalanan di minggu pertama akibat hujan setiap harinya. Kami kelelahan karena belum terbiasa. Tapi itulah yang harus dilalui anak-anak disana untuk mencapai sekolah mereka. Rasanya malu kalau harus mengeluh terus.
Perasaan kagok saat pertama kali menyapa adik-adik. Gugup. Panik. Takut. Tapi seiring berjalannya waktu, semua perasaan jelek itu kalah dengan perasaan bahagia kami mengajar dan bermain bersama mereka. Rasa lelah pun sudah tidak lagi kami rasakan, semua terbayar dengan tawa dan kelakuan mereka.

Tim Pendidikan memang bertugas untuk mengajar disana. Semakin kesini rasanya ssudah tidak bisa dibilang kalau selama KKN pekerjaan kami hanyalah mengajar. Menurutku justru kamilah yang banyak belajar dari anak-anak itu. Aku jath cinta dengan segala kesederhanaan mereka, aku jatuh cinta dnegan senyum dan cerita mereka, aku jatuh cinta dengan kejujuran dan ketulusan mereka dalam berucap maupun bertindak.

Dari mereka aku belajar betapa indahnya dunia dengan rasa syukur, bersyukur atas apa yang Tuhan berikan, Lapangnya hati dengan senantiasa bersyukur. Bersyukur ditengah segala keterbatasan. Walaupun serba sederhana bahkan kekurangan mereka tetap tersenyum dan bahagia. Hal kedua yang aku pelajari adalah kesederhaan dalam berbahagia. Bahagia tidak perlu mahal, bahagia bisa didapat dimana-mana. Bahagia itu sederhana. Bermain bersama teman, mengetahui hal-hal baru, bermain layangan, makan bersama keluarga, kedatangan teman baru.. Bahagia sesederhana itu.
Aku juga belajar tentang kasih sayang dan ketulusan. Inilah yang paling aku sukai dari mereka. Hidup dengaan kasih sayang berlimpah, hubungan yang baik antar satu sama lain, dan lingkungan yang gemar bergoting royong. Semuanya dilakukan dengan ketulusan yang terpapar jelas di wajah mereka.


Terimakasih Talegong, terimakasih KKN Tematik ITB. Mengambil mata kuliah ini adalah pilihan yang tidak salah dan merupakan pengaalaman terbaikku selaama aku berkuliah di ITB. Aku belajar tentang indahnya mengabdi pada masyarakat. Indahnya hidup jika kita bisa bermanfaat untuk sesama. Terlebih jika hidup yang tidak panjang ini didedikasikan untuk kesejahteraan masyarakat banyak.Perasaan takut dan ragu beberapa hari menjelang eksekusi KKN. Kepikiran apakah selama disana aku bisa beradaptasi? Bagaimana dengan warga disana.. Apakah akan baik padaku.. Bagaimana dengan makanku selama disana.. Bagaimana dengan kegiatanku disana, apakah akan bermanfaat nantinya. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu cukup menggangguku. Namun aku tau, superteam Tema Pendidikan sudah berusaha mempersiapkan yang terbaik agar selama disana baik-baik saja. InsyaAllah.

Perjalanan kesana tidaklah menyenangkan, harus menggunakan mobil tentara entah apa itu namanya. Mual luar biasa sepanjang perjalanan sehingga aku memutuskan untuk tidur atau sekedar memejamkan mata. Aku berharap keberjalanan KKN ini tidak seburuk perjalanan kesana.
Sampai di lokasi kami semua disuguhi pemandangan luar biasa indah sepanjang perjalanan. Aliran sungai, hutan, hamparan gunung-gunung, dan sawah warga menemani perjalanan mendaki kami yang tidak singkat. Tapi kami tak bisa langsung beristirahat karena ada beberapa masalah mengenai masalah penempatan rumah yang cukup pelik ternyata. Jadilah beberapa dari kami masih merasa digantungkan mengenai massalah tempat tinggal, walaupun paada akhirnya kami dicarikan tempat tinggal sementar.

Aku dan beberapa teman yang serumah alhamdulillah menempati rumah sesuai dengan yang direncanakan. Rumah salah satu kepala RW disana, rumah Bapak Encar dan keluarga. Rumah ini tampak biasa-biasa saja dari luar, kami cukup terkejut karena rumah ini tidak memiliki penerangan memadai dan tidak memiliki kamar mandi. Kami sempat kebingungan dan mengeluhkan hal tersebut pada awalnya. Untuk mencapai kaamar mandi terdekat kami harus berjalan cukup jauh dulu. Ditambah lagi ada beberapa kami yang terserang penyakit diare semakin sulit dengan tidak adanya kamar mandi. Tapi lama kelamaan hal tersebut menjadi tidak masalah. Kami pun mulai terbiasa dengan hal tersebut. Bangun sebelum subuh untuk ke kamar mandi dan tidur agak malam karena saling menunggu satu sama lain untuk mandi.

Sambil beradaptasi dengan kondisi disana, kami tetap harus menjalankan program kami membawa misi pendidikan di Kampung Gandasoli dan sekitarnya. Dengan segala persiapan yang matang kami berharap program dapat berjaalan sesuai yang kami inginkan.

Sudah menjadi rutinitas di rumah kami, kebetulan rumah yang saya tempati merupakan pusat logistik, sehingga kami serumah merangkap sebagai staf logistik untuk menyiapkan segala kebutuhan program setiap harinya. Kami melakukannya dengan senang karena kami semua memiliki niat dan tujuan yang sama, InsyaAllah.

Minggu pertama disana, kami berkenalan dengan sekolah-sekolah yang ternyata untuk menuju kesana memakan waktu yang cukup lama dengan medan jalanan yang tidak mudah. Kami harus melewati perjalanan mendaki, berbatu, hutan rimba, ditambah licinnya jalanan di minggu pertama akibat hujan setiap harinya. Kami kelelahan karena belum terbiasa. Tapi itulah yang harus dilalui anak-anak disana untuk mencapai sekolah mereka. Rasanya malu kalau harus mengeluh terus.
Perasaan kagok saat pertama kali menyapa adik-adik. Gugup. Panik. Takut. Tapi seiring berjalannya waktu, semua perasaan jelek itu kalah dengan perasaan bahagia kami mengajar dan bermain bersama mereka. Rasa lelah pun sudah tidak lagi kami rasakan, semua terbayar dengan tawa dan kelakuan mereka.

Tim Pendidikan memang bertugas untuk mengajar disana. Semakin kesini rasanya ssudah tidak bisa dibilang kalau selama KKN pekerjaan kami hanyalah mengajar. Menurutku justru kamilah yang banyak belajar dari anak-anak itu. Aku jath cinta dengan segala kesederhanaan mereka, aku jatuh cinta dnegan senyum dan cerita mereka, aku jatuh cinta dengan kejujuran dan ketulusan mereka dalam berucap maupun bertindak.

Dari mereka aku belajar betapa indahnya dunia dengan rasa syukur, bersyukur atas apa yang Tuhan berikan, Lapangnya hati dengan senantiasa bersyukur. Bersyukur ditengah segala keterbatasan. Walaupun serba sederhana bahkan kekurangan mereka tetap tersenyum dan bahagia. Hal kedua yang aku pelajari adalah kesederhaan dalam berbahagia. Bahagia tidak perlu mahal, bahagia bisa didapat dimana-mana. Bahagia itu sederhana. Bermain bersama teman, mengetahui hal-hal baru, bermain layangan, makan bersama keluarga, kedatangan teman baru.. Bahagia sesederhana itu.
Aku juga belajar tentang kasih sayang dan ketulusan. Inilah yang paling aku sukai dari mereka. Hidup dengaan kasih sayang berlimpah, hubungan yang baik antar satu sama lain, dan lingkungan yang gemar bergoting royong. Semuanya dilakukan dengan ketulusan yang terpapar jelas di wajah mereka.

Terimakasih Talegong, terimakasih KKN Tematik ITB. Mengambil mata kuliah ini adalah pilihan yang tidak salah dan merupakan pengaalaman terbaikku selaama aku berkuliah di ITB. Aku belajar tentang indahnya mengabdi pada masyarakat. Indahnya hidup jika kita bisa bermanfaat untuk sesama. Terlebih jika hidup yang tidak panjang ini didedikasikan untuk kesejahteraan masyarakat banyak.

Tidak ada komentar: