“Kenapa kamu terus menulis jika kamu merasa tulisanmu tidak
menarik?”
“Karena aku menyukainya...........”
Itu adalah renungan kecil beberapa hari yang lalu sebelum
tidur. Seperti biasa, malam itu insomnia menyerang. Sambil berusaha biar
ngantuk, aku iseng buka blog ku sendiri dan membaca postingan 2 tahun lalu. Iuh
jibang gak banget. Itu kesan pertamaku saat membacanya. Bagaimana bisa saat itu
aku mempublikasikan tulisan seperti itu dan meminta orang lain untuk
membacanya. Tulisan itu sangat sederhana, banyak terdapat kesalahan pengetikan,
dan banyak kalimat sumbang tiap paragrafnya.
Aku mulai menulis blog pada Januari 2009, saat itu aku masih
duduk di bangku sekolah menengah pertama kelas 1. Setiap hari yang kukerjakan
hanya bermain dengan blogku. Dalam sebulan bisa sampai 10 postingan yang hampir
semuanya tidak penting. Tapi biarpun begitu, aku terus menulis sampai sekarang.
Tanpa tahu untuk apa dan apa manfaatnya untukku.
Oktober 2013 ini adalah tahun kelima-ku menulis di blog ini.
Sampai sekarang aku merasa tulisanku masih tidak enak dibaca. Tapi sampai
sekarang pula tidak ada niat untuk berhenti menulis di blog ini. Malam itu aku
sedikit memikirkan alasannya. Ternyata begitu sederhana, aku terus menulis
karena aku menyukainya, karena aku suka bercerita, dan karena aku baru sadar
kalau merangkai kata dan kalimat adalah kelemahanku.
Lalu aku bertanya pada diriku sendiri. “Bagaimana bisa kamu
mengatakan kamu suka menulis tapi kamu terbatas dalam merangkai kalimat?”
Ternyata aku menjawab, “Aku harus mengatasi keterbatasan itu.”
Dulu (mungkin sampai sekarang) aku adalah seorang pemalu
yang susah menempatkan diri pada tempatnya, yang mudah kehabisan kata-kata,
serta tidak cakap dalam menulis dan berbahasa. Semua itu karena keterbatasanku
dalam merangkai kalimat demi kalimat yang harus kuucapkan. Rasanya perlu persiapan
khusus setiap aku harus tampil di depan umum. Untuk maju kedepan kelas setiap
tugas bahasa Indonesia pun rasanya beraaaaaat, ketakutan tak bisa berbicara.
Keterbatasan ini sangat tidak nyaman untukku.
Aku terus menulis tanpa tau apa tujuannya. Aku bersyukur aku
tidak berhenti menulis saat SMP. Tidak
pernah terpikir olehku sebelumnya, sampai beberapa hari yang lalu aku membaca
sebuah artikel yang intinya mengatakan bahwa menulis artikel dan bercerita dapat
melatih otakmu untuk berpikir. Dengan menulis rutin, tanpa kamu sadari, otakmu
akan terbiasa dalam merangkai kalimat menjadi suatu bacaan yang baik.
Prinspiku adalah 1 postingan setiap bulan, boleh lebih tidak
boleh kurang dan prinsip itu kupegang sampai sekarang, kurang lebih sudah 4
tahun. Selama 4 tahun tanpa sadar aku terus berlatih dan bermain dengan
kalimat, aku berlatih untuk menciptakan sebuah bacaan dan cerita yang layak
untuk dipublikasikan, dan aku berlatih menempatkan diriku dalam setiap artikel
yang kutulis. Alhamdulillah, aku merasa keterbatasan itu mulai menghilang.
Walaupun tulisanku belum bisa dikatakan bagus, setidaknya kurasa ia menjadi
lebih baik tiap bulannya.
Aku pun mencoba menghilangkan sifat pemaluku. Aku ikut
organisasi, tampil didepan umum setiap ada kesempatan dan bersosialisasi dengan
orang-orang dengan berbagai tipe kepribadian. Tidak sepenuhnya berhasil tetapi
tidak sepenuhnya gagal juga. Tetapi, keterbatasan bahasaku mulai hilang. Kurasa
hal itu ada hubungannya dengan rutinitas menulis setiap bulannya.
Aku akan terus menulis, insya Allah. Aku semakin menyukainya
ketika tahu menfaatnya begitu besar. Aku punya cita-cita menjadi seorang yang cakap
berbahasa. Susah dan memakan waktu yang sangat lama pastinya karena
kenyataannya aku terbatas dalam hal itu. Tapi bukan berarti tidak mungkin, kan?
.Aku membiasakan diri untuk hal yang menurutku baik untukku.
Keterampilan berbahasa (berbicara dan menulis) sangat penting untuk kedepannya.
Karena aku sadar pentingnya 2 hal itu, aku tidak bisa pasrah dengan
keterbatasanku. Bukan berarti aku tidak menerima kekuranganku, aku hanya mencoba
mengatasinya.
Terakhir, terus lakukan hal yang kamu suka, jika kamu merasa
hal itu baik dan bermanfaat untukmu nantinya.
“Jika kau terus melakukan hal yang kau sukai, setidaknya ada
satu orang yang menyukainya”