Anda Pengunjung Ke :

Jumat, 03 Februari 2017

Ekspedisi Nosarara Nosabatutu


Perjalanan 11 hari melewati 3 provinsi di Pulau Sulawesi.
Berangkat dengan keadaan akomodasi dan transportasi yang belum jelas. Membawa segudang semangat yang harus disebarkan. Berbekal rencana perjalanan, persiapan, do'a teman-teman, dan keyakinan akan dimudahkan.
Alhamdulillah segala persiapan, kerja keras, waktu, tenaga, dan segala hal yang dikorbankan terbayar lebih selama pelaksanaannya walaupun harus menyaksikan bukti nyata tidak meratanya pendidikan dan kesejahteraan di bangsa ini.
Kami mencoba membuka harapan murid-murid SMA disana untuk berani menempuh pendidikan yang lebih tinggi untuk kehidupan yg lebih layak, untuk mengabdi pada keluarga, masyarakat, dan tanah air. Menegaskan pada mereka bahwa siapa saja memiliki hak yang sama untuk pendidikan dan hidup yang lebih baik, bahwa segala permasalahan negeri ini menjadi tanggung jawab kita dan mereka nantinya dan ilmulah yang harus menjadi bekal utama yang harus dimiliki.
Antusiasme, semangat, mimpi, cita-cita, dan harapan mereka adalah pengisi ulang semangat kami setiap harinya dan merupakan oleh-oleh yang kami terima dan kami bawa untuk diceritakan pada teman-teman, khususnya teman-teman yang sekarang memiliki kesempatan lebih untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi dengan harapan agar ilmu dan kesempatan tersebut tidak disia-siakan, agar ilmu tersebut digunakan untuk kebaikan masyarakat bangsa ini, agar ilmu tersebut tidak membuat kita semakin angkuh dan memikirkan diri sendiri, melainkan semakin merasa bahwa ilmu tersebut adalah amanah, adalah tanggung jawab kita untuk setidaknya memperbaiki 1 dari sekian banyak permasalahan di negeri ini.
Selamat berjuang para pejuang pendidikan dimanapun dan kapanpun, selamat mengabdi untuk Tuhan dan bangsa ini.
Salam,
Ismail Faruqi, Isma Aini, Rifki Putra, dan Pebriani Artha

Tim Nosarara Nosabatutu,
Ekspeditor Sulawesi AMI 2017

Selasa, 30 Agustus 2016

Mimpi Besar Anak-Anak Talegong

Masih tentang KKN...

3 minggu tinggal bersama warga Desa Mekarwangi, membawa misi pendiidkan untuk anak-anak disana.

Membuka wawasan mereka bahwa dunia lebih luas dari batas-batas desa mereka..

Meyakinkan mereka bahwa mereka juga berhak bermimpi tinggi dan memperjuangkannya..

Video singkat tentang semangat dan keceriaan anak-anak Desa Mekarwangi, Kecamatan Talegong


Terimakasih Adik-Adik Talegong

Cerita ini ditulis pada awalnya hanya untuk memenuhi laporan akhir KKN, tapi pas nulisnya malah baper sendiri. Sedikit sharing aja tentang KKN ku beberapa waktu lalu.
Sedikit tentang banyak pembelajaran hidup yang kudapat selama 3 minggu. Hehe

Perasaan takut dan ragu beberapa hari menjelang eksekusi KKN. Kepikiran apakah selama disana aku bisa beradaptasi? Bagaimana dengan warga disana.. Apakah akan baik padaku.. Bagaimana dengan makanku selama disana.. Bagaimana dengan kegiatanku disana, apakah akan bermanfaat nantinya. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu cukup menggangguku. Namun aku tau, superteam Tema Pendidikan sudah berusaha mempersiapkan yang terbaik agar selama disana baik-baik saja. InsyaAllah.

Perjalanan kesana tidaklah menyenangkan, harus menggunakan mobil tentara entah apa itu namanya. Mual luar biasa sepanjang perjalanan sehingga aku memutuskan untuk tidur atau sekedar memejamkan mata. Aku berharap keberjalanan KKN ini tidak seburuk perjalanan kesana.
Sampai di lokasi kami semua disuguhi pemandangan luar biasa indah sepanjang perjalanan. Aliran sungai, hutan, hamparan gunung-gunung, dan sawah warga menemani perjalanan mendaki kami yang tidak singkat. Tapi kami tak bisa langsung beristirahat karena ada beberapa masalah mengenai masalah penempatan rumah yang cukup pelik ternyata. Jadilah beberapa dari kami masih merasa digantungkan mengenai massalah tempat tinggal, walaupun paada akhirnya kami dicarikan tempat tinggal sementar.

Aku dan beberapa teman yang serumah alhamdulillah menempati rumah sesuai dengan yang direncanakan. Rumah salah satu kepala RW disana, rumah Bapak Encar dan keluarga. Rumah ini tampak biasa-biasa saja dari luar, kami cukup terkejut karena rumah ini tidak memiliki penerangan memadai dan tidak memiliki kamar mandi. Kami sempat kebingungan dan mengeluhkan hal tersebut pada awalnya. Untuk mencapai kaamar mandi terdekat kami harus berjalan cukup jauh dulu. Ditambah lagi ada beberapa kami yang terserang penyakit diare semakin sulit dengan tidak adanya kamar mandi. Tapi lama kelamaan hal tersebut menjadi tidak masalah. Kami pun mulai terbiasa dengan hal tersebut. Bangun sebelum subuh untuk ke kamar mandi dan tidur agak malam karena saling menunggu satu sama lain untuk mandi.

Sambil beradaptasi dengan kondisi disana, kami tetap harus menjalankan program kami membawa misi pendidikan di Kampung Gandasoli dan sekitarnya. Dengan segala persiapan yang matang kami berharap program dapat berjalan sesuai yang kami inginkan.

Sudah menjadi rutinitas di rumah kami, kebetulan rumah yang saya tempati merupakan pusat logistik, sehingga kami serumah merangkap sebagai staf logistik untuk menyiapkan segala kebutuhan program setiap harinya. Kami melakukannya dengan senang karena kami semua memiliki niat dan tujuan yang sama, InsyaAllah.

Minggu pertama disana, kami berkenalan dengan sekolah-sekolah yang ternyata untuk menuju kesana memakan waktu yang cukup lama dengan medan jalanan yang tidak mudah. Kami harus melewati perjalanan mendaki, berbatu, hutan rimba, ditambah licinnya jalanan di minggu pertama akibat hujan setiap harinya. Kami kelelahan karena belum terbiasa. Tapi itulah yang harus dilalui anak-anak disana untuk mencapai sekolah mereka. Rasanya malu kalau harus mengeluh terus.
Perasaan kagok saat pertama kali menyapa adik-adik. Gugup. Panik. Takut. Tapi seiring berjalannya waktu, semua perasaan jelek itu kalah dengan perasaan bahagia kami mengajar dan bermain bersama mereka. Rasa lelah pun sudah tidak lagi kami rasakan, semua terbayar dengan tawa dan kelakuan mereka.

Tim Pendidikan memang bertugas untuk mengajar disana. Semakin kesini rasanya ssudah tidak bisa dibilang kalau selama KKN pekerjaan kami hanyalah mengajar. Menurutku justru kamilah yang banyak belajar dari anak-anak itu. Aku jath cinta dengan segala kesederhanaan mereka, aku jatuh cinta dnegan senyum dan cerita mereka, aku jatuh cinta dengan kejujuran dan ketulusan mereka dalam berucap maupun bertindak.

Dari mereka aku belajar betapa indahnya dunia dengan rasa syukur, bersyukur atas apa yang Tuhan berikan, Lapangnya hati dengan senantiasa bersyukur. Bersyukur ditengah segala keterbatasan. Walaupun serba sederhana bahkan kekurangan mereka tetap tersenyum dan bahagia. Hal kedua yang aku pelajari adalah kesederhaan dalam berbahagia. Bahagia tidak perlu mahal, bahagia bisa didapat dimana-mana. Bahagia itu sederhana. Bermain bersama teman, mengetahui hal-hal baru, bermain layangan, makan bersama keluarga, kedatangan teman baru.. Bahagia sesederhana itu.
Aku juga belajar tentang kasih sayang dan ketulusan. Inilah yang paling aku sukai dari mereka. Hidup dengaan kasih sayang berlimpah, hubungan yang baik antar satu sama lain, dan lingkungan yang gemar bergoting royong. Semuanya dilakukan dengan ketulusan yang terpapar jelas di wajah mereka.


Terimakasih Talegong, terimakasih KKN Tematik ITB. Mengambil mata kuliah ini adalah pilihan yang tidak salah dan merupakan pengaalaman terbaikku selaama aku berkuliah di ITB. Aku belajar tentang indahnya mengabdi pada masyarakat. Indahnya hidup jika kita bisa bermanfaat untuk sesama. Terlebih jika hidup yang tidak panjang ini didedikasikan untuk kesejahteraan masyarakat banyak.Perasaan takut dan ragu beberapa hari menjelang eksekusi KKN. Kepikiran apakah selama disana aku bisa beradaptasi? Bagaimana dengan warga disana.. Apakah akan baik padaku.. Bagaimana dengan makanku selama disana.. Bagaimana dengan kegiatanku disana, apakah akan bermanfaat nantinya. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu cukup menggangguku. Namun aku tau, superteam Tema Pendidikan sudah berusaha mempersiapkan yang terbaik agar selama disana baik-baik saja. InsyaAllah.

Perjalanan kesana tidaklah menyenangkan, harus menggunakan mobil tentara entah apa itu namanya. Mual luar biasa sepanjang perjalanan sehingga aku memutuskan untuk tidur atau sekedar memejamkan mata. Aku berharap keberjalanan KKN ini tidak seburuk perjalanan kesana.
Sampai di lokasi kami semua disuguhi pemandangan luar biasa indah sepanjang perjalanan. Aliran sungai, hutan, hamparan gunung-gunung, dan sawah warga menemani perjalanan mendaki kami yang tidak singkat. Tapi kami tak bisa langsung beristirahat karena ada beberapa masalah mengenai masalah penempatan rumah yang cukup pelik ternyata. Jadilah beberapa dari kami masih merasa digantungkan mengenai massalah tempat tinggal, walaupun paada akhirnya kami dicarikan tempat tinggal sementar.

Aku dan beberapa teman yang serumah alhamdulillah menempati rumah sesuai dengan yang direncanakan. Rumah salah satu kepala RW disana, rumah Bapak Encar dan keluarga. Rumah ini tampak biasa-biasa saja dari luar, kami cukup terkejut karena rumah ini tidak memiliki penerangan memadai dan tidak memiliki kamar mandi. Kami sempat kebingungan dan mengeluhkan hal tersebut pada awalnya. Untuk mencapai kaamar mandi terdekat kami harus berjalan cukup jauh dulu. Ditambah lagi ada beberapa kami yang terserang penyakit diare semakin sulit dengan tidak adanya kamar mandi. Tapi lama kelamaan hal tersebut menjadi tidak masalah. Kami pun mulai terbiasa dengan hal tersebut. Bangun sebelum subuh untuk ke kamar mandi dan tidur agak malam karena saling menunggu satu sama lain untuk mandi.

Sambil beradaptasi dengan kondisi disana, kami tetap harus menjalankan program kami membawa misi pendidikan di Kampung Gandasoli dan sekitarnya. Dengan segala persiapan yang matang kami berharap program dapat berjaalan sesuai yang kami inginkan.

Sudah menjadi rutinitas di rumah kami, kebetulan rumah yang saya tempati merupakan pusat logistik, sehingga kami serumah merangkap sebagai staf logistik untuk menyiapkan segala kebutuhan program setiap harinya. Kami melakukannya dengan senang karena kami semua memiliki niat dan tujuan yang sama, InsyaAllah.

Minggu pertama disana, kami berkenalan dengan sekolah-sekolah yang ternyata untuk menuju kesana memakan waktu yang cukup lama dengan medan jalanan yang tidak mudah. Kami harus melewati perjalanan mendaki, berbatu, hutan rimba, ditambah licinnya jalanan di minggu pertama akibat hujan setiap harinya. Kami kelelahan karena belum terbiasa. Tapi itulah yang harus dilalui anak-anak disana untuk mencapai sekolah mereka. Rasanya malu kalau harus mengeluh terus.
Perasaan kagok saat pertama kali menyapa adik-adik. Gugup. Panik. Takut. Tapi seiring berjalannya waktu, semua perasaan jelek itu kalah dengan perasaan bahagia kami mengajar dan bermain bersama mereka. Rasa lelah pun sudah tidak lagi kami rasakan, semua terbayar dengan tawa dan kelakuan mereka.

Tim Pendidikan memang bertugas untuk mengajar disana. Semakin kesini rasanya ssudah tidak bisa dibilang kalau selama KKN pekerjaan kami hanyalah mengajar. Menurutku justru kamilah yang banyak belajar dari anak-anak itu. Aku jath cinta dengan segala kesederhanaan mereka, aku jatuh cinta dnegan senyum dan cerita mereka, aku jatuh cinta dengan kejujuran dan ketulusan mereka dalam berucap maupun bertindak.

Dari mereka aku belajar betapa indahnya dunia dengan rasa syukur, bersyukur atas apa yang Tuhan berikan, Lapangnya hati dengan senantiasa bersyukur. Bersyukur ditengah segala keterbatasan. Walaupun serba sederhana bahkan kekurangan mereka tetap tersenyum dan bahagia. Hal kedua yang aku pelajari adalah kesederhaan dalam berbahagia. Bahagia tidak perlu mahal, bahagia bisa didapat dimana-mana. Bahagia itu sederhana. Bermain bersama teman, mengetahui hal-hal baru, bermain layangan, makan bersama keluarga, kedatangan teman baru.. Bahagia sesederhana itu.
Aku juga belajar tentang kasih sayang dan ketulusan. Inilah yang paling aku sukai dari mereka. Hidup dengaan kasih sayang berlimpah, hubungan yang baik antar satu sama lain, dan lingkungan yang gemar bergoting royong. Semuanya dilakukan dengan ketulusan yang terpapar jelas di wajah mereka.

Terimakasih Talegong, terimakasih KKN Tematik ITB. Mengambil mata kuliah ini adalah pilihan yang tidak salah dan merupakan pengaalaman terbaikku selaama aku berkuliah di ITB. Aku belajar tentang indahnya mengabdi pada masyarakat. Indahnya hidup jika kita bisa bermanfaat untuk sesama. Terlebih jika hidup yang tidak panjang ini didedikasikan untuk kesejahteraan masyarakat banyak.

Kamis, 23 Juni 2016

Rabu, 22 Juni 2016

Selasa, 21 Juni 2016

Senin, 20 Juni 2016

#Day15 Dory

Sangat excited pengen nonton Finding Dory udah dari jaman kapan ada berita bakal ada filmnya.
Pas nonton Finding Nemo emang udah greget banget sama ikan pelupa satu ini, kerjanya cuman ngerancuin urusan Papa Nemo haha.

Kalau dipikir pikir, aku ngeliat Dory ini mirip banget sama aku.
Sering banget kelupaan macem-macem, dari hal-hal sepele sampai kadang lupa tujuan hidup. Wkaka gadeng. Secara langsung atau gak langsung, terkadang orang-orang sering kesel juga menghadapi sifat "Dory" ini.

Sering merepotkan orang lain karena kelalaiannya sendiri, tidak bisa ditinggal sendiri, dan sering hilang arah. Aku kayak liat diri sendiri versi ikan haha. Beruntung Dory tidak sendiri, ia punya Nemo dan Papanya yang selalu mengerti.

"I-suffer-from-short-term-memory-loss"

Sebenarnya hal tersebut sudah cukup bisa jadi alasan untuk memaklumi Dory. Tapi ternyata tidak semua orang bisa menerima itu.

Dory mengajarkan untuk menerima kondisi dirinya sendiri walaupun ia tidak menyukainya. Dory mengajarkan bahwa kita tidak akan pernah  melupakan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup, dan Dory mengajarkan bahwa sesuatu yang berharga itu harus diperjuangkan.

Dory pun mengajarkan bahwa ada kalanya kita harus berjuang sendiri. Teman-teman dan keluarga tidak bisa selalu bersama kita. Rasanya sulit untuk seseorang yang terbiasa bergantung pada orang lain pada suatu kondisi ia hanya bisa bergantung pada dirinya dan keyakinannya.
Hal tersebut tidak mudah bagi mereka (dan aku) yang bahkan sering tidak meyakini diri sendiri untuk bisa.
Yap, tapi tujuan hidup dan segala sesuatu yang mebuatnya tetap hidup setidaknya bisa membuat jalannya terarah, bisa membuatnya yakin bahwa dirinya mampu melakukannya, bahwa dirinya berhak mendapatkannya..
The power of tekad kuat singkatnya.

Satu lagi yang diajarkan Dory...
Keluarga akan selalu menjadi alasan untuk kembali,

Keluarga adalah mereka yang selalu ada untukmu, tidak pernah meninggalkanmu, selalu menerima apapun keadaanmu, dan mungkin satu-satunya yang mengharapkanmu.

Ayah dan Ibu. Selalu menjadi alasan bagi anaknya untuk terus berjuang dan  menjadi orang baik.
Tidak ada orang lain yang mempercayaimu dan mencintaimu lebih dari mereka.
Ayah-Ibu nya Dory, selalu yakin bahwa anaknya akan pulang. Tidak hentinya setiap hari mereka membuatkan penunjuk arah ke rumah agar Dory tidak tersesat.
Begitulah orang tua, selalu mengarahkan anaknya pada tujuannya. Membiarkan anaknya menentukan jalan dan pilihannya sendiri.

Hiks jadi baper.. wkaka
Btw masih tentang Finding Dory, nemu ginian nih di grup


Kalo Finding Doi mah sampai sekarang belum nemu-nemu, 20 years and still counting.

Menu berbuka hari ini gak di post soalnya beli di luar hehe.
Mama gak nyiapin apa-apa gara-gaara ikutan nonton Finding Dory haha